Pertemuan ke 11
DEFINISI OUTLINE
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam
pembuatan karangan yang mana topik nya dipecah kedalam
sub-sub topikdan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topic yang lebih
terperinci.Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam
MANFAAT OUTLINE
Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh,
dan terarah.
Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan
membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga
dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara
gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan
dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum
mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang
berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga
mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat
secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian
harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang
dapat memikat perhatian pembaca.
Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada
kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai
kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai
dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang
tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya
mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan
pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang
demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih
dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat
dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan
diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan
mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah
mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan
pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan
di bagian mana dalam karangannya itu.
MACAM-MACAM SUSUNAN
Secara Alamiah
Suatu urutan atau unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata dialam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasarkan urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.
Secara Logis
Yaitu tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan dalam suatu susunan atau urutan logis.
Pola Logis berdasarkan urutan :
1. klimaks – anti klimaks
2. umum – khusus
3. sebab – akibat
4. proses, dll
SISTEM PENOMORAN
Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :
Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman
judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar
grafik, daftar singkatan dan lambang.
Romawi besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab
pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data,
dan bab penutup).
Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai
dengan daftar pustaka.
Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital,
nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor
selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem
dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1
Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi,
bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori
dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab
dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada
dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
BERSUMBER DARI :
BERSUMBER DARI :
0 komentar:
Posting Komentar