Paradigma Di Dalam Dunia Tekhnologi
PERPUSTAKAAN DIGITAL
Banyak definisi tentang perpustakaan digital yang
dikemukakan oleh para ahli. The digital
library initiatives menggambarkan perpustakaan digital
sebagai lingkungan yang bersama -sama
memberi koleksi, pelayanan dan manusia untu k menunjang
kreasi, diseminasi, penggunaan dan
pelestarian data, informasi dan pengetahuan. Sebagai
perpustakaan yang berbeda dari sistem
penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis
media, menyediakan pelayanan dan
fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam siklus
informasi, dari pembuatan hingga
penggunaan. Perpustakaan digital bisa dianggap sebagai
institusi informasi dalam bentuk baru
atau sebagai perluasan dari pelayanan perpustakaan yang
sudah ada. Namun demikian
perpustakaan digital sebagai koleksi informasi yang
dikelola, yang memiliki pelayanan terkait,
informasinya disimpan dalam format digital dan dapat
diakses melalui jaringan. Sedangkan James
Billington, pustakawan Library of Congress, dalam Purtini
(2005), melukiskan perpustakaan
digital sebagai sebuah koalisi dari institusi -institusi yang
mengumpulkan koleksi -koleksinya yang
khas secara elektronik.
Menurut Griffin (1999), pada tahun terakhir ini telah
terjadi peledakan pertumbuhan
ketertarikan dalam perkembangan dan pemakaian perp
ustakaan digital. Beberapa faktor
penunjuangnya adalah:
Telah tersedianya teknologi komputasi dan komunikasi
yang memungkinkan dilakukannya
penciptaan, pengumpulan dan manipulasi informasi.
Infrastruktur jaringan internasional untuk mendukung
sambungan dan kemampuan
pengopersian bagi pengguna.
Informasi online mulai berkembang.
Kerangka akses internet umum telah muncul.
Lebih jauh dikemukannya, perpustakan digital adalah
koleksi data multimedia dalam skala
besar yang terorganisasi dengan perangkat manajemen
informasi dan metode yang mampu
menampilkan data sebagai informasi dan pengetahuan yang
berguna bagi masyarakat dalam
berbagai konteks organsiasi dan sosial masyarakat. Hal ini
berarti perpustakaan digital
memerlukan model baru untuk akses informasi dan
digunakan oleh pengguna dalam arti yang
paling luas. Tujuan riset dan pengembangan perpustakaan
digital adalah untuk menghasilkan
paradigma riset dan produk yang melayani pengguna
dengan kebutuhan informasi dalam rentang
luas serta dengan harapan yang semakin luas pula. Untuk
mencapai tujuan tesebut pe riset harus
melihat teknologi ke dalam konteks daerah, sosial, hukum
dan ekonomi dan harus mendapatkan
informasi dari pengguna dan studi penggunaan dalam setiap
tahapan desain teknologi dan siklus
perkembangan.
Secara konseptual perpustakaan digital men cerminkan
koleksi dan layanan perpustakaan
dalam dunia fisik. Perpustakaan digital adalah analog dari
perpustakaan tradisional
dalam hal keragaman dan kompleksitas koleksinya, isinya
mesti berupa media
elektronik, disimpan dalam bentuk yang biasa dilihat.
Teknologi perpustakaan digital akan melengkapi fungsi dan
layanan perpustakaan.
Teknologi perpustakaan digital akan ditarik ke dalam dan
merubah banyak bentuk kelembagaan
termasuk perpustakaan, laju dan besarnya tergantung pada
banyak faktor antara lain:
Eksternalitas pada tingkat sosial seperti: penerapan
hukum pada kekayaan intelektual,
investasi dalam infrastruktur komunikasin nasional.
Keterbatasan lembaga dan organisasi lokal seperti:
ketersediaan sumber daya, kebutuhan
pengguna, kepempinan seseor ang dalam mengatur
organisasi
Terobosan teknologi merubah kebiasaan sosial dan kerja
dalam skala besar.
Perpustakaan tradisional memiliki keterbatasan yang
berkaitan dengan penyimpanan dan
akses informasi, karena sebagian besar pengetahuan yang
dikumpu lkan oleh perpustakaan
direkam dan dikumpulkan dalam media fisik. Perpustakaan
digital mirip seperti perpustakaan
tradisional yang keduanya melingkupi koleksi yang besar
dari berbagai informasi dan dalam hal
yang umum yang berkaitan dengan pengorganisasian ,
pengambilan, akses, penyimpanan,
pengarsipan dan pengawetan informasi. Perpustakaan
digital berbeda dalam hal lokasi dan
penyimpanan secara fisik dari salinan lokal untuk
pengguna. Sebagian besar dari awal pekerjaan
perpustakaan digital mengambil jaringa n ke pusat dan
terstruktur sebagaimana perpustakaan biasa
tujuannya adalah untuk memberikan akses ke sumber
informasi digital milik perpustakaan
melalui sarana elektronik. Teknologi perpustakaan digital
akan memperkaya nilai perpustakaan
sebagai lembaga sebagaimana akan menghilangkannya.
Kunci tantangan adalah munculnya
perpecahan.
Isu-isu dalam Perpustakaan Digital
Isu-isu yang menghadang perpustakaan biasa
dikelompokkan menjadi beberapa kategori:
Isu teknologi: apa yang dilakukan berkaitan dengan
akuisisi dan pemindahan menjadi media
digital.
Isu-isu organisasi: bagaimana organisasi menanggapi
perpubahan peran dan tanggungjawab.
Isu-isu ekonomi: siapa yang penanggung biaya dan
akankah ada ska la ekonomi.
Isu-isu hukum dan perundangan: penyelesain hak
kekayaan intektual yang terkait dengan
pengambilan dan pembuatan koleksi digital.
Menurut Nurachman (2004), informasi merupakan sesuatu
yang penting bagi suatu
pengambilan keputusan, maka datang nya tidak boleh
terlambat. Jika sebuah informasi terlambat
diterima, sudah barang tentu manfaatnya akan lebih rendah
dibandingkan dengan jika informasi
tersebut datang tepat pada waktunya. Dengan pengolahan
data perpustakaan berbasis komputer
dalam sistem informasi akuntansi, masalah kecepatan dalam
menghasilkan informasi dapat lebih
teratasi. Komputer memang sudah teruji tingkat kecepatan
prosesnya. Dari komputer generasi
pertama yang hanya berkemampuan memproses ribuan
operasi per detik sekarang sudah mem iliki
kemampuan milyaran operasi atau bahkan triliun operasi
dalam setiap detiknya. Dengan
kemampuan mempersingkat waktu pekerjaan-pekerjaan
perpustakaan digital tersebut membuat pustakawan tidak
perlu mempersulit diri dan menghabiskan waktunya untuk
satu pekerjaan saja serta bisa memanfaatkan waktu untuk
juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Akurat, berarti bahwa informasi yang dihasilkan tepat
sesuai dengan tujuan pengolahan
data. Sebuah informasi harus akurat mengingat proses
jalannya informas i dari sumber informasi
sampai ke penerima banyak terdapat noise atau gangguangangguan
yang dapat merubah atau
merusak informasi tersebut. Pustakawan dalam bekerja
mengenal batas waktu dan tenaga tetapi
tidak demikian halnya dengan sistem yang berbasis
komputer. Karena komputer tidak memiliki
mental dan tidak mengenal lelah, maka komputer memiliki
tingkat ketepatan yang sama dalam
melakukan suatu proses tidak terbatas oleh waktu dan
tenaga. Peningkatan nilai informasi dengan
adanya pemakaian komputer, bisa diamati dari grafik
hubungan antara biaya dan volume
pemrosesan seperti pada gambar di bawah ini Pada grafik
tersebut bisa dilihat bahwa biaya tenaga
kerja manusia dalam pemrosesan data secara manual
ternyata kurang efektif jika ditinjau dari sisi
volume dan biaya pemrosesan. Pemrosesan secara manual,
memiliki biaya yang stabil pada angka
yang cukup tinggi. Sementara jika menggunakan mesin,
meski investasi awal lebih besar
biayanya, namun pada perkembangannya akan dapat
mengurangi biaya -biaya pemrosesan dengan
tetap menjaga tingkat volume pemrosesan. Yang paling
menonjol adalah proses pengolahan data
dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu.
Penggunaan komputer tersebut akan dapat
terus mengurangi biaya-biaya pada posisi yang paling
rendah dibandingka n dengan metode
pengolahan yang lain.
Hubungan antara biaya
dengan volume proses
Teknologi Digital ataupun digitalisasi adalah faktor
penggerak utama dari revolusi yang terjadi di
bidang teknologi informasi khususnya di perpustakaan dan
lembaga in formasi lainnya. Teknik
digital mula-mula diterapkan di bidang komputer,
kemudian secara bertahap merambah ke bidang
telekomunikasi dan pada ahirnya dewasa ini di bidang
media ( content) sudah mulai dilakukan
proses digitalisasi yang selanjutnya memunculkan suatu
sinergi baru atau lebih dikenal dengan
konvergensi 3 K (Komputer, Komunikasi dan Konten ).
Dengan penggabungan ketiga unsur tersebut muncul suatu
area bisnis baru yang menjadi
incaran semua yang berangkat dari ketiga unsur tersebut
yaitu, bis nis networked interactive
multimedia.
E-commerce, e-business dan kelahiran perpustakaan digital
membawa ke arah dan
tantangan tantangan baru dalam hal pembangunan sistem.
Kondisi -kondisi teknologi dalam dunia
informasi berubah dengan pesat sehingga skala bilitas dan
kecepatan menjadi faktor kesuskesan
yang penting dan menjadi tujuan utama perancangan
sistem. Perpustakaan digital memerlukan
komponen-komponen perangkat lunak yang bisa
ditambahkan, dimodifikasi, diganti atau
dikonfigurasi ulang agar ia mampu merespon secara cepat
peluang-peluang baru dalam dunia
informasi. Sistem harus bisa terukur untuk mengantisifasi
bertmabahnya jumlah pengguna dan
untuk mengantarkan data melaului beragam platformjaringan
client/server, komputer dekstop
dengan browser web, ponsel dan perangkat mobile lainnya.
Sistem e-commerce dan e-business
juga perlu dirancang agar bisa bekerja pada lingkungan
lain begitu pula platform perangkat lunak
dan perangkat keras dalam perpustakaan. Agar bisa tetap
eksis, sebagian perpustakaan har us tetap
memberikan tekanan pada perancangan, pengembangan,
pengujian dan penyebaran aplikasi
internet atau intranet dalam waktu singkat (Earl dan Khan,
2001).
Untuk membuat sumber data baru yang memenuhi kualitas
dan kesempurnaan serta untuk
para riset sering menggunakan penanganan dan
dokumentasi artefak itu. Kebutuhan tersebut
bervariasi pada tiap jenis media dan objek digital sesuai
dengan penggunaan yang diinginkan.
Salah satu contoh usaha yang menunjukkan konversi dan
pencetakan dalam skala luas adal ah
proyek JSTOR (journal storage) adalah organisasi nonprofit
yang didirikan oleh yayasan Andrew
W. Melon dengan tujuan untuk mengembangkan arsip
digital yang terjangkau dan komprehensip
dari jurnal-jurnal dan literatur penting dan membuatbnya
terjangkau u ntuk perpustakaan dalam
cara yang ekonomis lewat persetujuan lisensi. Dalam
lingkungan perpustakaan digital, organisasi
harus mampu mengubah, menambah dan menghentikan
kemampuan teknologinya secara cepat.
Perpustakaan menjalankan proses pengembanagan yang
lebih informal dan pendek untuk
sebagian aplikasi e-commerce dan e-business mereka, yaitu
proses memberi solusi cepat yang
tidak menggangu sistem pemrosesan transaksi inti dan
database organisasi. Perpustakaan digital
sangat tergantung pada teknik siklus c epat seperti prototipe
dan komponen -komponen perangkat
lunak standar yang masih digunakan dan bisa dirangkaikan
menjadi satu set layanan untuk ecommerce
dan e-business.
Proses pengalihan operasi dalam organisasi yang terpusat
pada komputer, jaringan
telekomunikasi atau pengembangan aplikasi kepada
pemasok internal disebut outsourcing.
Outsourcing menjadi terkenal karena sebagian organisasi
menganggapnya lebih hemat daripada
memiliki sendiri pusat komputer atau staf sistem informasi
kecuali jikalau suatu p erpustakaan
tersebut besar dengan sumberdaya yang memadahi.
Outsourching memungkinkan perpustakaan
yang memiliki fluktuasi kebutuhan dalam hal pemrosesan
komputer dan sebagian perpustakaan
melakukannya karena staf sistem informasi internal mereka
tidak bis a menghadapi perubahan
teknologi atau praktik bisnis inovatif atau mereka tidak
mau direpotkan dengan hal -hal seperti itu.
Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat didukung
teknologi komunikasi membawa
konsekuensi dilakukakannya proes pengolahan data
berbasis teknologi informasi sehingga secara
efektif dan efiesien menghasilkan keluaran produk
informasi yang beraneka ragam. Produk
informasi itu dapat beraneka ragam, diantaranya e-library,
e-book, current information service
yang semuanya masuk dalam kategori perpustakaan digital
( digital library) di mana penyebaran
informasi yang paling banyak dilakukan via internet serta
kemudahan -kemudahan produk lainnya
dalam bentuk digital yang bisa didapatkan dalam bentuk
file dok umen doc, pdf, picture, grafik,
peta dan lain sebagiannya yang media pembacanya
menggunakan TI.
Perpustakaan digital memerlukan proses manajemen dan
perancangan org anisasi yang
baru. Agar dapat berhasil menggunakan internet dan
teknologi digital lainnya untuk koordinasi,
kolaborasi dan perdagangan elektronik, perpustakaan harus
meneliti dan menguji serta merancang
keseluruhan proses yang ada di perpustakaan. Perpusta
kaan perlu mempertimbangkan struktur
organisasional, perubhan kultur organisasi, struktur
pendukung untuk sitem informasi, prosedur
untuk mengelola karyawan dan proses jaringan dan bergam
strategi bisnis informasi yang
berbeda. Teknologi internet telah men gilhami cara baru
untuk mengorganisasi dan mengelola,
yang mengubah bisnis serta penggunaan sistem informasi
dalam kehidupan sehari -hari. Selain
membawa banyak manfaat dan peluang baru, e-business
dan e-commerce menciptakan berbagai
tantangan baru dalam bidang informasi dan perpustakaan.
Sistem informasi perpustakaan menjadi
bagian yang penting dalam membantu organisasi
perpustakaan menghadapi perubahan -
perubahan dalam informasi global dan dapat memposisikan
diri sebagai perpustakaan yang
berorientasi ke depan menjadi suatu organisasi yang
mampu menghasilkan core business
informasi berbasis TI yang mendatangkan keuntungan yang
menjanjikan. Sistem informasi
memberikan perpustakaan alat bantu komunikasi dan
analisis untuk menjalankan kegiatan
utamanya dan mengelola informasi dalam skala global.
Sistem informasi merupakan dasar dari
produk informasi dan jasa berbasis pengetahuan dan
membantu perpustakaan untuk mengelola
asset-aset pengetahuan mereka. Sistem informasi
perpustakaan menjadikan kemampuan dalam
pengelolaan informasi untuk menghadapi struktur yang
ramping, lebih terdesentralisasi dam lebih
fleksibel dalam mengatur karyawan perpustakaan dan
manajemennya. Organisasi perpustakaan
dapat bersifat kompetitif jika berorientasi pada bisnis
informasi disamping user oriented dalam
kaitannya non-profit organization dan lebih efisien melalui
transformasi dirinya ke dalam
perpustakaan digital dimana hampir semua proses inti
aktifitas bisnis informasi dan pengetahuan
terhadap relasi dengan pelanggan informasi serta
hubungannya dengan penerbit, pengarang dan
pemasok informasi lain maupun dengan karyawan
perpustakaan dimungkinkan dilakukan secara
digital.
Loudon (2005), menyatakan bahwa tujuan dari sistem
informasi adalah mengumpulkan,
menyimpan dan menyebarkan informasi dari lingkungan
organisasi dan operasi internal untuk
mendukung fungsi-fungsi organisasi dan pengambilan
keputusan, komunikasi, koordinasi,
kendali, analisis dan visualisasi. Sistem informasi
mentransformasi basis -basis data menjadi
informasi yang berarti dan berguna melalui tiga aktifitas
dasar: masukan, proses dan keluaran.
Dari sudut png bisnis, sistem informasi merepresentasikan
solusi manajemen dan organisasional
berdasarkan teknologi informasi. Sistem informasi dalam
perpustakaan digital adalah ba gian dari
serangkaian aktifitas penambah nilai dalam mengambil,
mentransformasi dan menyebarkan
informasi yang dapat digunakan para pengambil kebijakan
di perpustakaan untuk menjalankan
tugas yang diembannya demikian pula dapat memperluas
kinerja organisas i perpustakaan dan
akhirnya dapat meningkatkan orientasi perpustakaan
menjadi profit oriented yang lebih
mengutamakan kepuasan pengguna.
Perpustakaan telah berlomba-lomba mengggunakan website
dengan harapan meningkatkan
sumberdaya informasi yang dimiliki melalui media
elektronik menuju e-library ataupun
perpustakaan digital. Namun demikian, sebagian situs
perpustakaan digital belum bias berhasil
sepenuhnya diminati oleh para penggunanya. Penghematan
biaya atau akses baru dalam koleksi
digital yang dijanjikan oleh web mungkin tidak terwujud.
Perputakaan perlu berfikir secara
cermat mengenai apakan mereka bisa menciptakan inovasi
baru yang sudah terbukti berfungsi
secara baik pada internet dan bagaimana internet
berhubungan dengan keseluruhan strategi
perpustakaan. Teknologi internet sendiri bukanlah
pengganti strategi bisnis di dunia maya yang
efektif (Rangan dan Adner, 2001)
Revolusi jaringan sedang berlangsung. Teknologi informasi
tidak terbatas hanya pada
komputer tetapi terdiri dari beberapa kumpulan t eknologi
yang menghubungkan semua komputer
ke dalam jaringan untuk melakukan pertukaran informasi
jarak jauh dan lintas batas
perpustakaan. Internet menyediakan konektifitas global dan
flatform fleksible agar aliran
informasi berjalan tanpa hambatan di sep anjang lini
perpustakaan dan antara perpustakaan
dengan pengguna maupun penerbit. Dengan kemampuan
teknologi informasi yang semakin
berkembang, berkembang pulalah bentuk perpustakaan
digital tersebut dalam berbagai media
diantaranya:
1. SGML
Standard Generalized Mark-up Language (SGML) adalah
kumpulan dari kode -kode yang
memberikan salah satu dalam bagian komponen -komponen
(judul, formula, paragraf diagram dan
lain-lain). Mempertinggi pengertian struktur tidak hanya
dokumen dari berbagai sumber daya
yang berbeda yang dapat digambarkan secara struktural di
daam mode yang konsisten tetapi juga
mampu melakukan proses yang baru sebagi dokumen.
Dokumen SGML dapat disimpan lebih
efisien dan dapat diperoleh kembali dengan komponen
individual. Lebih penting lagi, SGML
melindungi gambar dari sebuah dokumen, mengijinkan
untuk dapat ditampilkan pada layar video
dengan cara yang sama dimana penulis atau penerbit
memperuntukkannya untuk melihat ketika
dicetak pada ketas.
2. Perpustakaan Video Digital
Video menggabungkan bunyi dan gambar dan usah lainnya
tipe dari dokumen yang
komplek. Media video dapat mengambil secara terpisah dan
mengartikan secara terpisah
penggunaan alat-alat yang berbeda untuk komponen yang
berbeda lalu dirakit kembali. Beberapa
penelitian di Carnegie Melon, Amerika Serikat digunakan
untuk memperhatikan kemampuan
bicara secara otomatis, pengubahan video ke teks dengan
menggunakan alat -alat konvensional.
Segmen bunyi dan gambar dicari kegunaan lainnya.
Penyimpanan dan pencarian media yang
berbeda menunjukkkan tantangan penelitian yang
signifikan. Heteroginitas dari sumber -sumber
daya informasi dan sistem komunikasi adalah alami dan
konsekuensinya tidak dapat dihindarkan
dari perkembangan didalam sebuah kompetisi dan ruang
lingkup teknologi yang kr eatif.
Perbedaan pendekatan memproduksi perbedaan sistem dan
praktek.
Pada tingkat pemula dengan relatif di dalam evolusi dari
teknologi perpustakaan digital
merupakan kebutuhan asangat vital dimana proyek
berusaha keras untuk pendekatan penyatuan
dengan fungsional secara standar dan protokol yang
digunakan, sekalipun pada mulanya tidak
sepenuhnya didayagunakan. Ketelitian mendesain dari
kemampuan memeperluas dalam
perpustakaan digital akan memfasilitasi kemajun penelitian
selanjutnya dan pengertian dari
pengaruh yang kuat dari pendekatan baru pada komunitas
user tanpa memerlukan tindakan untuk
menggantikan penginstalan dasar. Kemampuan dalam
mengoperasikan keseragaman yang nyata
dan transparansi yang berbeda-beda, tempat penyimpanan
distribusi informasi. Sangat kompleks,
sistem multi komponen akan ditampakkan ke user sebagai
salah satu kemudahan tunggal. Tujuan
seharusnya tidak dibatasi untuk sistem kemampuan dalam
pengoperasian. Kemampuan dalam
mengoperasikan harsu juga dicapai dalam dimensi lain
seperti :
Waktu (kemampuan dalam pengoperasian dari sistem
lama ke sistem baru).
Bahasa (kemampuan dalam pengopearsian multi bahasa)
Sintax (mendistribusikan pencarian silang tempat
penyimpana heterogen dan pelayanan.
Arti kata (user dapat mengakses kelas-kelas dari objek
digital yang sama di dalam pengertian
dimana mereka memiliki permintaan kata demi kata.
Kemampuan perpustakaan digital harus ditingkatkan untuk
mencapai keunggulan dalam
pengoperasian dan tidak dapat dihindarkan peningkatan
persyaratan pe rmintaan pelayanan oleh
user. Sebuah kasus ilustratif pada poin adalah permintaan
tertentu untuk memperluas pelayanan
internet. Keberadaan protokol internet (misalnya http
dengan basis World Wide Web) biasanya
mengetahui ketidakcukupan dalam pencarian haru s
memindahkan melebihi dasar tertentu dari
penyebaran protokol dan sistem-sistem tanpa ancaman
keadaan yang terdapat di dalam
pengaksesan.
3. Dokumen Digital
Keinginan dalam merubah bentuk dokumen ke dalam
bentuk yang lebih interaktif
merupakan suatu perubahan yang memungkinkan user
menikmati sajian informasi dalam bentuk
yang berbeda dari sekarang. Satu petyunjuk ke masa depan
unit konseptual ditemukan didalam
ide-ide yang berkembang dari suatu dokumen. Dokumen
fisik dapat emngambil beberapa bentuk
tetapi dikarakteristikkan oleh atribut dasar dari suatu isi
dan struktur bagaimana isi ditunjukkan.
Struktur mempertinggi arti dengan mensuplai informasi
kontekstual. Dokumen juga dapat
dikarakteristikkan dengan tipe dan gaya. Dokuemen yang
ada dalam bentuk di gital memperoleh
hak kekayaan lainnya yaitu format digital. Pemilihamn
format digital untuk sebuah dokumen
memiliki potensial tantanagn yang positif maupun negatif
secara fungsi dan kegunaan. Isi,
struktur dan format dapat dibicarakan secara bebas untuk
me mperbesar perluasan fungsinya.
Dalam koleksi yang besar, penambahan ini merupakan
dimensi dari suatu kenmampuan. Sebagai
contoh, dalam dunia perpustakaan digital, dokumen
digambarkan tidak hanya sebagi item untuk
pembacaan ndividual saja tetapi juga sebuah pengertian
untuk interaksi kelompok dan kolaborasi.
Dokumen tersebut dapat merupakan dokuemn elektronik
yang memiliki hak kekayaan bebas
(misalnya dapat diedit, bernotasi dan mampu dilacak
dengan detail -detail yang sangat luas.
Dokuemen tunggal dapat bers isi teks, gambar, video klip,
peta, kamus dan catatan yang
dipersiapkan oleh pengarang yang mengkontyribusikan ke
pekerjaannya.
4. Optical Character Recognition (OCR)
OCR selalu difugsikan sebagai alternatif penyimpanan
untuk kunci utama, teks dalam
bentuk digital. Sebagi definisi, OCR adalah metode
pemasukan data pada komputer yang
digunakan adalah teknologi scan dan analisa gambar. Untuk
identifikasi atau pembaca karakter
dalam bentuk tekas sebagai kunci atau keyword. Kode -kode
tersebut juga dilihat bentuk digital
jika ingin menyiapkan dokumen yang akan diubah
bentuknya menjadi bentuk digital. Terlebih
dahulu dokumen itu discan dan dicetak dahulu agar tidak
terjadi kesalahan. Kecepatan scan
adalah satu detik perhalaman atau lima belas detik
perhalaman a tau lebih cepat lagi tergantung
dari teknologi scan yang ada dan tipe atau merk scan itu
sendiri. Kinerja OCR software dapat
diproses 7000 atau lebih dari ukuran letter, spasi ganda
halaman perjam dengan 1000 time lebih
cepat memasukkan data dengan operato r yang siap dan
pengalaman. Dengan microcomputer
OCR program kecepatannya adalah bagian yang
menentukan dari hardware. Microcomputer
dengan kecepatan tinggi dan contoh acak memori akses
dapat diakumulasikan 100.000 karakter.
Hubungan 30 buku halaman atau j am atau lebih 10 waktu
kecepatan rata -rata dari kunci entri
untuk waktu penuh dan operator sudah pengalaman.
Sistem OCR adalah satu menit untuk proses spasi ganda
dan tipe huruf. Untuk koleksi
1000 skripsi adalah 5500 perjam sebagai perbadingan
18.000 jam untuk 10.000 kunci. Asumsi
pada tiap halaman untuk pengulangan adanya kesalahan
pada program atau mesin scannya.
Koleksi buku sekitar 150.000 oleh perpustakaan. Sekitar
1,58 juta sebagai perbandingan 14.85
juta perjam. Pemasukan inisial entri OCR menggunk an
kode teks lewat keyword-keyword, proses
atau program OCR akan diverifikasi atau dikoreksi dengan
keakuratan 99 % bisa juga program
OCR memerlukan simbol-simbol sebagi password atau sandi
untuk membuka kuncinya.
Pekerjaan memasukkan data termasuk verfika si,
memasukkan data dan koreksi atas kesalahan -
kesalahan dalam memasukkan data. Untuk mempermudah
pekerjaan mereka biasanya
menggunakan metode double typying code-character yang
merupakan kombinasi antara angka
dan huruf. Perpustakaan ingin meng -online-kan agar
mudah diakses biasanya untuk 1000
disertasi tentang kesehatan atau perpustakaan khusus yang
menyimpan dan menyebutkannya
sebagai koleksi khusu. Penggunaan katalog berupa Online
Public Acces Catalogue (OPAC)
sehingga mudah dalam penelususran infomasi . Sebagai
contoh, perpustakaan digital memiliki
150.000 koleksi buku. Melalui on-line untuk umum dan
mudah mengaksesnya melaui katalog on -
line dari rata-rata 3.000 lembar sedikitnya 33.000 karakter
yang nantinya akan dicari oleh para
user. Jika dikomersialkan dengan harga perhalaman Rp
1.000,00 berapa pemasukkan tiap hari
untuk perpustakaan?, tentunya pendapatan yang cukup
banyak untuk perpustakaan yang ingin ke
arah profit oriented.
Model Bisnis Baru
TI dengan teknologi internet -nya memperkenalkan
perubahan-perubahan utama mengenai
bagaimana cara perpustakaan mampu menjalankan jasa
informasinya supaya menghasilkan
keuntungan profit. Teknologi internet memberi
infrastruktur untuk menjalankan keseluruhan
bisnis informasi karena teknologi dan str teknolog inya bisa
juga digunakan untuk melancarkan
informasi dari bagian perpustakaan satu dengan yang
lainnya yang terintegrasi dalam suatu
jaringan. Internet mengurangi biaya secara dramatis untuk
pengembangan, pengiriman, dan
penyimpanan informasi serta membuat semua informasi itu
tersedia secara luas. Beribu -ribu
orang bisa saling bertukar informasi dalam jumlah besar
secara langsung, intan dan tanpa biaya
apa pun. Dahulu atau mungkin sekarang jika orang ingin
mendapatkan informasi dari sebuah
halaman buku berjudul “Who am I?” maka orang tersebut
secara fisik harus bekunjung ke
perpustakaan atau toko buku terdekat untuk mencari
sebagian kecil informasi yang ada pada buku
Who am I?”. Dia harus mengeluarkan uang untuk
transportasi, biaya fotokopi kalau di
perpustakaan dan biaya satu buku jika di toko buku serta
waktu yang tidak mungkin hanya satu
jam untuk mendapakannya. Padahal jika kita mampu
menciptakan perpustakaan digital dengan
koleksi e-booknya, dan cukup klik, kita mampu
mendapatkan informasi dari halaman buku “x”
dalam hitungan menit atau bahkan detik dengan biaya
murah bila dibandingkan secara
konvensional.
Internet mengubah hal biasa menjadi lur biasa. Jika
seseorang sudah terkoneksi secara
elektronik, informasi mengenai produk dan jasa dapat
diketahuin ya. Secara tradisional antara alur
produk dan alur informasi produk bisa dipisahkan.
Informasi tidak dibatasi untuk metode fisik
tradisional pengiriman. Konsumen atau pengguna bisa
mengetahui produk informasi melalui web
dan membeli secara langsung dengan visa atau card lainnya
dari perpustakaan atau penerbit
ketimbang menggunakan jasa perantara seperti toko -toko
buku penjual ataupun vendor. Menurut
Indrajit (2001: 134-135) dalam suatu perusahaan yang
dalam hal ini adalah perpustakaan, terlihat
tiga tingkatan pengolahan data yang menjadi suatu
informasi. Tingkat pertama adalah tingkat
transaksi. Disini untuk pertama kalinya data mentah
direkam ke dalam perangkat penyimpanan
computer (data storage). Proses ini biasa dinamakan data
entry. Tingkat kedua adalah pada saat
data yang berasal dari berbagai macam sumber memasuki
tahap konsolidasi. Teknologi informasi
yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah data
warehousing. Dalam sistem ini seluruh
data yang terkumpul tersentralisasi dan dikonsolidasi satu
sam a lainnya. Di perpustakaan yang
belum mempunyai data warehouse, konsolidasi biasanya
dilakukan secara manual (data di -entry
ulang) ataupun dengan membuat program-program
interface yang menghubungkan modul -
modul terpisah. Tingkatan terakhir adalah saat pemrosesan
data menjadi informasi yang relevan
bagi pengguna atau pemakai system computer. Pada
dasarnya proses yang terjadi adalah aktifitas
meringkas data yang telah tersimpan di data warehouse atau
system basisdata (database) terkait.
Seorang penyelia perlu mendapatkan data ringkasan data
transaksi yang terjadi di bagiannya atau
yang dikenal dengan transactional information systems
(TPS). Di tingkat manajemen, biasanya
terjadi peringkasan lebih lanjut terhadap informasi yang
dihasilkan bagiannya sehingga se suai
dengan kebutuhan para manajer (management information
systems) . Ditingkat lebih tinggi lagi,
informasi harus disajikan sedemikian rupa sehinga dapat
mendukung proses pengambilan
keputusan. System pada tahap ini dikenal dengan nama
decision support system. Informasi
tertinggi perlu tersedia untuk kebutuhan manajer
perpustakaan dan ringkasan informasi yang jauh
lebih detail serta informasinya disediakan dalam sebuah
mekanisme tertentu dinamakan executive
information system.
Keberadaan perpustakaan di Indonesia masa kini tentunya
mengalami perubahan, hal -hal
yang mengharuskan perubahan ini antara lain dengan
adanya banyak kendala dan tantangan yang
harus dihadapi. Secara umum tantangan dan kendala yang
dihadapi antara lain dari sisi
penggunaan teknologi informasi yang kian pesat
berkembangnya namun sayangnya belum
ditunjang dengan kemampuan SDM yang ada di
belakangnya baik dari sisi knowlege, skill
maupun yang terpenting adalah mental model. Disisi yang
sama adalah secara khusus tantatngan
dan kendala yang ada adalah dengan kurangnya apresiasi
terhadap perpustakaan sebagai
pengelola pengetahuan hal ini juga antara lain
dilatrbelakangi oleh kesulitan dunia perpustakaan
untuk harus memulai perubahan yang bagaimana ( how to
start?).Pemahaman yang salah atas
konsep copyright juga turut mempersulit hal ini. Pada
beberapa generasi yang lalu juga terdapat
kendala kendala dalam pemahaman atas pentingnya
dukungan teknologi informasi ( information
technology literate). Hal ini yang menjadi kendala adalah
adanya parad igma lama atas
perpustakaan yang diperparah dengan sedikitnya budaya
berbagi pengetahuan ( knowledge
sharing). Dengan adanya kendala-kendala ini terdapat
beberapa fakta yang cukup menyedihkan
antara lain adalah dengan banyaknya perpustakaan yang
mulai dingg alkan pengunjung tetapnya,
salah satu yang mempengaruhi hal ini adalah dengan
semakin tidak i -nya jumlah koleksi yang ada
di perpustakaan.
Di era ekonomi pengetahuan yang juga dilihat adanya era
ekonomi digital ini maka sedikit
banyak fungsi perpustakaan mengalami beberapa
pergeseran, dari yang tadinya lebih fokus ke
dalam (Custodium of Books) menjadi fungsi yang lebih outer
focus yakni sebagai enabler of
learning and knowledge creation. Berbicara mengenai konsep
pengetahuan tentu tidak terlepas
dari penyebaran pengetahuan (dissemination) itu sendiri,
dalam konsep yang sederhana
pengetahuan mengalir dari apa yang disebut sebagai pemilik
pengetahuan (knowledge source) ke
pencari pengethaun (knowledge seeker). Dalam konteks yang
lebih kompleks seringkali al iran
pengetahuan tidak dapat langsung mengalir dari sumber ke
pencari pengetahuan, dalam hal ini
diperlukan sebauh mediator, perpustakaan dapat berperan
sebagai mediator pengetahyuan ini.
Untuk perpustakaan berfungsi sebagi mediator pengetahuan
maka terdap at beberapa faktor yang
harus diketahui dan dipahami, hala yan g pertama adalah
harus diidentifikasi siapa saja
stakeholder dari perpustakaan tersebut (baik knowledge
seeker maupun knowledge source-nya,
hal ini tentu akan berguna untuk melakukan giodentifi kasi
hal yang kedua, yakni jenis
pengetahuan apa yang akan dijembatani (what knowledge?),
hal yang terpenting dalam konteks
ini adalah content apa saja yang harus dimiliki, sangat
sering perpustakaan terjebak pada hal -hal
teknis yang akhirnya tidak terlalu memikirkan aspek
content ini, dan untuk sebuah pwerpustakaan
dapat bebeda dengfan perpustakaan yang lain hal perlu
didorong adalah dengan mengupayakan
memperbanyak apa yang disebut sebagai local content. Hal
terakhir adalah dengan memikirkan
apa media dan bagaimana teknologi (komunikasi) dapat
mempermudah penyebaran pengetahuan
tersebut
Proses digitalisasi dan konvergensi di ketiga bidang telah
membawa kita ke suatu
paradigma baru dimana prinsip-prinsip ekonomi dapat
diterapkan di perpustakaan dan
diperbaharui . Inilah yang banyak disebut dengan : Revolusi
Digital yang membawa kita ke
Perputakaan Era Baru yang sering disebut sebagai Digital
Library, Information Library atau
Networked Library atau Knowledge Library.
Beberapa paradigma baru yang muncul yan g sering diulas
para pakar adalah misalnya
seperti yang dikemukakan dalam salah satu tulisan Kevin
Kelly, direktur eksekutif majalah Wired
– Keterkaitannya dengan bentuk digital jika dikaitkan
dengan dengan digital library –sebagai
berikut:
The Law of Exponential Value
Dalam Network Library, bisnis informasi yang sukses
bertumbuh secara ekponensial, bukan
linier seperti yang umum kita pahami pada era industri. Hal
ini sudah banyak dibuktikan oleh
para perusahaan pionir di bidang teknologi informasi
ataupun yang menggunakan teknologi
informasi sebagai strategic tools-nya, seperti perpustakaan.
The Law of Connection
Ini sebenarnya berkaitan dengan yang diatas, yaitu bahwa
pertumbuhan eksponensial itu dapat
terjadi karena adanya networking. Jumlah koneksi di suatu
jaringan meningkat sebanding
dengan kuadrat jumlah anggotanya, jadi jika jumlah node
meningkat secara deret tambah, nilai
jaringan itu sudah meningkat secara deret ukur. Tambahan
sedikit saja angota baru akan secara
dramatis meningkatkan nilai seluruh anggota
The Law of Churn
Didalam Networked Library ada suatu daya kreatif untuk
menghancurkan dan membangun
secara silih berganti yang maksudnya adalah meruntuhkan
kemapanan dan menciptakan
platform baru yang lebih ideal untuk inovasi baru. Dalam
lingkungan se perti ini , ekonomi
akan dibangun diatas suatu siklus jatuh -bangunnya
perusahan-perusahaan yang menghilang
atau berubah bentuk.
The Law of Inefficiencies
Dalam Network Library, produktivitas suatu perpustakaan
lebih diartikan sebagai kemampuan
untuk eksplorasi dan discovery. Di sini motonya don’t solve
problems, seek opportunities
Poppel dan Galdstein (1975) dalam bukunya yang berjudul
Information Technologiy : The
Trilion Dollar Opportunity sedikit banyak dapat membantu
kita mengidentifikasi kecenduru ngan
(trend) teknologi informasi dari aspek yang tidak langsung
kelihatan tetapi sangat mendasar. Dari
sana diharapkan kita dapat mengkaji dengan lebih baik
dalam berinteraksi dengan teknologi
informasi. Meskipun apa yang mereka uraikan sudah cukup
lama te tapi nampak sekali bahwa apa
yang dulu (1975) baru merupakan kecendurungan sekarang
sudah menjadi kenyataan yang
semakin kuat. Oleh karena itu, masih tetap relevan
mengangkat pokok pikiran mereka tentang
kecenderungan teknologi informasi.
1 komentar:
Terkait postingan di atas dapat jga di lihat link di bawah ini :
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2635/1/Ekon-16.pdf
Posting Komentar